Alkisah,
di selatan Yogyakarta tempo dulu ada seorang yang bernama Ki Juru Mertani dan Ki Ageng
Pemanahan yang diutus oleh Panembatan
Senopati di Mataram. Misi mereka berdua sedikit membuat bulu kuduk berdiri
karena ingin menghabisi nyawa bayi laki-laki buah cinta putri Panembatan Senopati
yaitu Mangir Wonoboyo dari Mangiran (Bantul).
sumber foto:www.apriyoga.blogspot.com |
Sesampainya disana lantas keduanya menggelar
tikar dan alas tempat tidur bekas persalinan sang bayi, kemudian menguburnya. Sementara itu di saat bersamaan sang bayi
terus saja menangis, mungkin sekedar untuk menenangkan sang bayi agar tidak terus menangis kedua utusan itu pun kemudian memutuskan untuk memandikan sang bayi,
Ki Juru
Mertani lalu naik kesalah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit,
dirinya memang bukan main saktinya lantaran tanah yang diinjaknya itu runtuh dan
membuat sebuah lubang besar dengan aliran air dibawahnya.
Sang bayi kemudian dibawa lah turun oleh
Ki Juru dan dimandikan di dalam goa di lubang tadi. Nah, sewaktu dimandikan tanpa
sengaja pipi sang bayi terbentur (bahasa jawanya yaitu kebendhul) batu yang ada
didalam, nah karena kejadian itu akhirnya goa itu dinamakan Gua Pindul.
Yup, seperti halnya nama-nama dari beberapa air terjun di Indonesia yang banyak mengambil dari cerita-cerita atau legenda yang terjadi pada zaman dahulu. Setali tiga keping dengannya, nama-nama Gua di Indonesia juga banyak yang terinspirasi dari cerita atau legenda seperti Gua Pindul di atas. Nama gua ada yang terinspirasi dari kejadian-kejadian aneh yang tak masuk dinalar sampai mengambil dari nama sebuah kerajaan antah berantah.
Yup, seperti halnya nama-nama dari beberapa air terjun di Indonesia yang banyak mengambil dari cerita-cerita atau legenda yang terjadi pada zaman dahulu. Setali tiga keping dengannya, nama-nama Gua di Indonesia juga banyak yang terinspirasi dari cerita atau legenda seperti Gua Pindul di atas. Nama gua ada yang terinspirasi dari kejadian-kejadian aneh yang tak masuk dinalar sampai mengambil dari nama sebuah kerajaan antah berantah.
Selain Gua indul itu, di Sulawesi Selatan ada sebuah gua
yang bernama Gua Mampu. Gua yang terletak di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ini tidak hanya
sekedar gua karena mempunyai cerita Legenda. Gua ini bagi masyarakat di sekitar
Gua Mampu sarat dengan cerita legenda yang begitu dipercaya.
Adalah Legenda Alleborenge Ri Mampu yang berkembang di seputar gua dan diyakini secara turun-temurun sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat. Konon, di Gua Mampu ini dulunya pernah berdiri Kerajaan Mampu. Namun karena kena kutukan dari dewa, penghuni kerajaan termasuk semua mahkluk hidup yang di dalamnya tak terkecuali binatang dan benda-benda lainnya berubah menjadi batu. Bongkahan batu yang mirip manusia, binatang, dan lainnya memang banyak ditemui di dalam gua ini. Bak diorama di museum gambaran yang ada di dalam gua tersebut
Tidak hanya berdasarkan cerita-cerita masyarakat saja legenda ini berasal, melainkan juga dapat ditemui dalam tulisan lontas Bugis kuno yang berkisah tentang perkampungan yang terkena kutukan sang dewata. Gua Mampu ini luasnya sekitar 2000 meter persegi, terletakdi Desa Cabbeng, Kecamatan Dua Boccoe yang berjarak 34 Kilometer dari Watampone, Kabupaten Bone, 140 Km dari kota Makassar. Di dalam Gua Mampu dapat ditemui stalagnit dan stalagmit yang menambah keindahan interior gua
Beralih ke tanah Jawa, tepatnya di Pengandaran terdapat pula gua yang bernama Gua Lanang. Bagi anda yang besal dari Jawa pasti sudah tahu arti dari kata itu bukan? ya lanang yang berarti adalah seorang laki-laki. Nah, Kenapa sampai gua ini dinamakan Gua Lanang? jawabannya kita kembalikan pada sebuah cerita lokal yang menjelaskan bahwa Gua Lanang ini merupakan keraton Kerajaan Pananjung dengan Rajanya bernama Prabu Anggalarang dan Permasurinya Dewi Siti Samboja yang dikenal dengan nama Dewi Rengganis dengan dibantu oleh Patih Aria KIdang Pananjung.
sumber foto: www.disparbud.jabarprov.go.id |
Raden
Anggalarang adalah putra Prabu Haur Kuning seorang raja kerajaan Galuh
Pangauban yang berpusat di Putrapinggang kemudian mendirikan kerajaan Pananjung
atas kemauannya sendiri, walaupun ayahnya telah memperingatkan dengan alasan
tidak akan berjaya karena rawan dari gangguan bajak laut.
Akan tetapi, Raden Anggalarang bersikeras tetap pada pendiriannya karena daerah Pananjung merupakan tempat yang cocok bagi dirinya untuk mendirikan pusat pemerintahan. Prabu Anggalarang adalah seorang laki - laki yang gagah dan sakti sehingga dijuluki " Sang Lanang " dan gua ini merupakan tempat tinggalnya, maka disebutlah gua itu sebagai " Gua Lanang ". (berbagai sumber)