Pernah ada suatu
masanya hotel yang letaknya di Jalan Balai Kota Medan sebelah barat laut
lapangan “Esplanade” (Lapangan Merdeka) mengalami masa kejayaannya. Tamu yang
datang menginap bukan dari kalangan biasa, melainkan tamu istimewa yang namanya tercatat dalam buku
sejarah dunia.
Tak hanya itu, hidangan
spesial kue tradisonal speculaas bercitarasa rempah-rempah yang menjadi kue
handalan hotel ini telah melalang buana tidak hanya di Hindia Belanda waktu itu
bahkan Singapura, Bangkok dan Hongkong tepat beberapa bulan sebelum perayaan
St. Nicholas yang jatuh pada tanggal 5 Desember
Adalah Hotel De Boer namanya, yang
sekarang telah berubah nama menjadi Hotel Inna Dharma Deli. Sebuah hotel tua yang dibangun oleh
seorang berkebangsaan Belanda yang bernama Aeint Herman De Boer. Kenapa pria
yang berasal desa Workum, Belanda
ini memtuskan untuk membangun hotel wilayah ini? Mungkin dirinya melihat
suatau peluang di tanah sumatera ini untuk meraup untung di bisnis perhotelan.
Hotel De Boer |
Di tahun tahun 1898 pembangunan hotel
De Boer dimulai, diawali
dari sebuah restoran, bar dan 7 kamar saja. Namun
entah bagaimana bak gayung bersambut setelah hotel ini dibangun sedemikian rupa
termasuk dirancang sebagai Hotel yang bebas nyamuk karena sengatan nyamuk adalah
sesuatu yang mengancam bagi kulit-kulit putih orang eropa yang sensitif, ketenaran
pun diraihnya. Nama hotel menjadi menyeruak keluar dari tanah Medan dan menjadi
terkenal di wilayah Hindia Belanda.
Terlebih lagi saat De Boer di tahun 1909 berinisiatif untuk meningkatkan
lagi usahanya dengan sebuah Perseroan
Terbatas (PT) untuk membangun hotelnya karena tak lagi mampu untuk menampung
para tamu yang ingin menginap. Dengan total biaya F1 200.000, ia memperluas bangunan Hotel menjadi 40 buah
kamar yang dilengkapi dengan 400 buah lampu.
Tak pelak, tamu-tamu yang datang dari
luar Hindia Belanda yang mendengar nama tenar Hotel Boer pun datang untuk berkunjung
dan menginap di hotel ini. Tamu-tamu
yang pernah bermalam di sana, antara
lain Raja Leopold dari Belgia, Pangeran Schaumburg-Lippe, kemenakannya Ratu Wilhelmina dari Belanda.
Nah,
bagi anda yang akrab dengan dunia Spionase pastilah mengenal dengan sosok
wanita cantik yang satu ini. Yup, Mata hari, seoarang wanita cerdik nan lihai yang
memainkan peranan gandanya sebagai mata-mata sekaligus penari bersama suaminya
diketahui pernah tinggal di Indonesia tepatnya di Jawa dan Sumatera antara
1897-1902. Hotel De Boer di Medan adalah salah satu tempatnya menginap ketika di
Sumatera.
Tak
hanya itu, Sutan Syahrir kecil pernah pun mencari nafkah dengan menjadi pengamen di
hotel mewah ini, Di bangunan mewah yang dulunya cuma diperuntukkan bagi orang
kulit putih imi, Sjahrir kerap mencari uang saku dengan
bermain biola di sana.
Sejalan
dengan pertumbuhan kota Medan sebagai pusat administrasi perkebunan di Sumatera
Timur dan banyaknmya para bisnisman datang ke kota ini. Jumlah kamar Hotel de Boer terus meningkat dan
akhirnya pada tahun 1930 Hotel de Boer sudah memiliki 120 kamar yang dilengkapi
dengan hall dan restoran.
Madelon
Szekely-Lulofs dalam novel autobiografinya yang berjudul Rubber dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
Berpacu di Kebun Karet menggambarkan Hotel De Boer, sebagai sebuah hotel Dekat
sebuah lapangan yang luas, dengan disekitarnya jalan aspal yang luas terdapat
Hotel yang paling utama di Medan, Hotel de Boer. Di tengah-tengahnya berdiri
bangunan utama, dua tingkat tingginya: di bawah ruang dansa dan ruang makan
dengan beranda yang besar. Di atas kamar-kamar penginapan. (berbagai sumber)