Tidak selamanya
ikan paus dapat kita jumpai di lautan lepas, mengapa? Karena kita tak perlu
pergi jauh-jauh kesana, namun cukup pergi ke beberapa museum dibawah ini. Ya,
memang ikan paus yang dapat dilihat museum tidak dalam kondisi dia masih hidup
dan berenang di lautan, melainkan dalam bentuk kerangka-kerangkanya yang utuh.
Namun
cukuplah kumpulan tulang belulang kerangka itu memberikan kita gambaran bagaimana bentuk
paus yang sebenarnya dari dalam, tidak dari layar kaca atau buku bacaan. Nah,
dimana saja museum-museum yang menyimpan kerangka ikan paus yang telah
diawetkan, mari kita cek satu persatu
sumber foto: www.alampriangan.wordpress.com |
1.Museum Zoologi
Mungkin museum ini sudah tidak asing lagi apabila kita berada atau sering ke kota Bogor. Di Museum ini tersimpan kekayaan fauna Indonesia, tak kurang dari 3 juta spesiemen yang meliputi 17.500 jenis fauna asal Indonesia yang sudah diawetkan berada di museum ini.
Mungkin museum ini sudah tidak asing lagi apabila kita berada atau sering ke kota Bogor. Di Museum ini tersimpan kekayaan fauna Indonesia, tak kurang dari 3 juta spesiemen yang meliputi 17.500 jenis fauna asal Indonesia yang sudah diawetkan berada di museum ini.
Kerangka
pausnya sendiri terletak di pintu
keluar Museum ini dan menjadi koleksi tertua dan terbesar dari Museum Zoologi Bogor. Kerangka asli Ikan Paus Biru sepanjang 27,2
meter dengan berat 64 ribu kilogram. Hewan penguasa laut ini ditemukan di
pantai Pameungpeuk, Jawa Barat pada tahun 1816, hmmm sudah cukup lama juga.
Lantas
bagaimana ceritanya paus itu dipindahkan ke museum ini? ceritanya saat itu
Pameungpeuk tidak ada jalan maupun jembatan yang bisa dilalui kendaraan apapun.
Lantaran itu pula tulang-tulang paus biru kemudian diangkut dengan tenaga manusia
melalui dataran dengan ketinggian rata-rata 1.700 meter dpl. Beratnya medan yang
dilalui dapat dilihat dari waktu tempuh selama 44 hari menuju Garut.
Selanjutnya kerangka itu diangkut ke Bogor dengan kereta api dan memerlukan waktu dua tahun
sebelum kerangka paus biru terangkai kembali.
Kerangka paus juga bisa ditemui juga di Museum Negeri Kupang, Kupang NTT. Kerangka itu ada, pada awalnya pada tahun 1970 terdampar sebuah Ikan Paus
Raksasa sepanjang 18 Meter di Perairan Pantai Oeba Kupang Pulau Timor. Namanya
ada ikan paus terdampar tak berdaya, masyarakat pun bertindak.
sumber foto: www.kupangamazingtourismplace.blogspot.com |
Ya,
tapi bukan menolong melainkan membagi bagian-bagian dari daging Ikan Paus
tersebut seperti kebiasaan di masyarakat setempat. Pembagian daging ikan paus
tangkapan adalah kepada yang bertindak menikam saat penangkapan, yang mempunyai
perahu, awak perahu, pemuka adat, dan anak yatim piatu. Hal ini juga dilakukan
saat pembagian ikan paus raksasa tersebut.
Proses
pemotongan daging paus dimulai dari sirip dada, dan terus berlanjut kebagian
ekor seiring dengan dipisahkannya daging dan kulit dari kerangka paus. Kemudian
dibagi 3 bagian yaitu Kepala, Badan dan Bagian Ekor.
Nah,
giliran kerangka ikan paus raksasa itu yang selanjutnya disimpan di Kampus
Universitas Nusa Cendana. Tahun 1980 kerangka Paus Raksasa dipindahkan ke
Museum Negeri Kupang saat diresmikannya museum tersebut.
3.Museum Siwa Lima
Kerangka paus juga ada di Museum Siwa Lima di Ambon, Maluku. Tak tanggung-tanggung bukan hanya satu kerangka melainkan tiga kerangka paus asal Samudera Atlantik di Kutub Utara disimpan di museum ini
Awalnya ketiga ikan paus ini terdampar di tiga tempat
pada waktu yang berbeda, dua jenis dari tiga mamalia laut yang terdampar itu jenis
paus biru, yang pertama berukuran panjang 23,5 meter dan berat 80 ton,
terdampar di Pantai Namlea, desa Nametek, Pulau Buru, pada 1987.
sumber foto:www.deedeecaniago.multiply.com |
Spesies paus biru yang kedua terdampar di Pantai Suli,
dekat obyek wisata Pantai Pasir Putih Natsepa. Berat mamalia laut ini mencapai
60 ton, panjangnya tidak kurang dari 18 meter. Syahdan, kedua kerangka ikan
paus ini pun diawetkan dengan teknik berbeda. Yang pertama ditanam di dalam
pasir selama satu tahun baru diangkat, sedangkan yang kedua dilakukan oleh tim
dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dengan cara dimasak.
Sedangkan paus ketiga merupakan jenis yang bergigi
(pembunuh), ditemukan di daerah Latuhalat pada 1990, panjangnya 12 meter,
beratnya sekitar delapan ton. Dari warnanya yang coklat, kerangka paus bergigi
tersebut juga diawetkan dengan teknik dimasak. (berbagai sumber)