dpr.go.id |
Jakarta, Wisataohhwisata.com - Anggota Komisi X DPR RI Nuroji mengingatkan bahwa dalam rangka untuk mengembangkan destinasi wisata maka penting untuk diperhatikan untuk memiliki cagar budaya yang dilestarikan. Hal itu disampaikannya saat melihat sepanjang jalan di Kota Pasuruan terdapat banyak bangunan yang betul-betul masih asli, belum ada pemugaran.
“Tidak seperti di kota-kota lain mungkin banyak yang dirombak dengan arsitektur yang lebih modern seperti zaman sekarang, namun di Pasuruan tidak. Semua masih asli dalam bentuk bangunan lama, seharusnya hal seperti ini bisa menjadi modal bangunan-bangunan yang bisa menjadi cagar budaya,” ungkapnya, Rabu (6/12/2023).
Lanjut Politisi Fraksi Partai Gerindra itu menjelaskan, di Kota Pasuruan masih banyak sekolah-sekolah dengan bangunan lama, adapula bangunan bersejarah lainnya. Dengan demikian sudah seharusnya bangunan-bangunan yang ada saat ini oleh Pemerintah setempat agar bisa termasuk dalam cagar budaya. Lalu, setelah itu, dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata.
"Kalau menurut saya, yang harus diperhatikan jika mau mengembangkan (wisata) Heritage sebagai modal pariwisata di Pasuruan (yaitu agar) semua bangunan-bangunan harus dicagar budayakan. Itu sangat penting. Hal lain yang juga harus diperhatikan harus siap dengan sarana dan prasarana misalkan terbuka untuk umum, tersedia pilihan kuliner, lalu disiapkan fasilitas lainya seperti, parkiran kemudian toilet yang juga harus memadai sehingga orang datang bisa puas,” jelasnya.
Tanjung Tembikar di Pasuruan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bahkan, diyakini, usia pelabuhan tersebut lebih tua dibandingkan Tanjung Perak yang ada di Surabaya. Namun, dibutuhkan anggaran dari Pemerintah untuk dapat dikembangkan kembali sebagai wisata cagar budaya.
Dalam pertemuan itu pula, sebagaimana disampaikan Wali Kota Pasuruan Syaifullah Yusuf, bahwa di kota tersebut terdapat sejarah peninggalan nusantara yang lebih tua daripada Tanjung Perak di Surabaya. Namanya, Tanjung Tembikar di Pasuruan. Menurut Nuroji, hal itu sangat menarik buat dipelajari sebagai minat wisata sejarah untuk dipahami lagi, dan juga dilengkapi dengan referensi-referensi sejarah di perpustakaan.
"Dengan demikian perlu adanya pengembangan terkait wisata bersejarah lainya di Pasuruan harus ada story telling-nya. Saya rasa itu potensi lainya. Kalau untuk yang Heritage masih lengkap kalau saya lihat dari beberapa bangunan bahkan cukup banyak yang bisa menceritakan sejarahnya Pasuruan,” jelasnya.
Dalam hal anggaran, Nuroji menilai perlu ada penambahan guna mengembangkan destinasi wisata. Setidaknya, menurutnya, dengan adanya kunjungan Komisi X ke Pasuruan dapat melihat ada potensi besar dan kemauan besar pemerintah Pasuruan.
“Untuk itu perlu adanya dorongan nanti di pusat melalui rapat-rapat dengan pihak terkait untuk diusahakan agar Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) agar bisa lebih ditingkatkan,” jelasnya.
Penulis: Harry P