Mungkin anda
atau saya yang bukan dari Sumbawa rada sedikit aneh mendengar nama objek wisata pantai yang
satu ini, Yup, Pantai Tanjung Menangis namanya. Aneh sekali memang melihat
namanya saja, ada saja ya nama pantai bernama pantai menangis. Nah ini
pantai, apakah ada hubungannya dengan cerita masa lalu dimana dulu ada seoarang
anak manusia yang mennagis di pantai itu karena suatu apa, ataukah menangis
lantaran ditinggal kekasihnya yang tercinta.
Ya,
memang ada hubungannya dengan dua hal diatas, flashback ke cerita masa lalu
yang sedikit bernuansa tragedi, dikisahkan dulu Sultan Samawa sangat sedih
melihat putrinya terbaring tak berdaya karena sakit. Sang sultan sudah berusaha
mati-matian agar putrinya kembali sehat seperti sedia kala. Berbagai cara
pengobatan telah dilakukannya namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Sampai tiba pilihan terakhir, Sang Sultan pun mengadakan sayembara berhadiah yang tak tangung-tangung hadiahnya. Nah, barang siapa yang dapat menyembuhkan putrinya akan dijodohkan dengan Sang Putri. Tak pelak, berbondong-bondong lelaki dari berbagai macam penjuru Tana Samawa berlomba untuk menyembuhkan sang putri. Silih berganti para dukun dan ahli pengobatan berusaha mengobati sakit yang diderita Sang Putri.
Kendati
begitu, banyak dari mereka yang harus gigit jari lantaran gagal menyembuhkan
sang putri dan meminangnya. Ndilalahnya,
ada seoarang perantauan datang bernama Zainal Abidin dari tanah lawesi. Tanpa dinyana,
dengan ilmu pengobatan yang dimilikinya ia berhasil menyembuhkan sang putri.
Akan
tetapi, Sultan yang tak lain adalah bapaknya sang putri malah ingkar janji untuk menikahkan Sang Putri dengan pemuda
yang mampu menyembuhkan penyakit anaknya. Zainal Abidin mukanya tidak jelek-jelek
banget bahkan Sang Putri sampai jatuh hati kepadanya. Namun, apa mau dikata sikap Sultan membatu
kepada pendirian untuk tidak menikahkan Sang Putri dengan alasan
tertentu, bahkan dengan tega mengusir Zainal untuk pulang ke kampung
halamannya.
Merasa
kecewa karena diusir oleh Sultan, dia lalu menuju laut untuk naik kapal kembali
ke negerinya. Sang Putri yang terlanjur jatuh cinta mengejarnya, tak tahu harus
kemana kakinya melangkah, hingga sampai ia di sebuah tanjung. Sesampai di tanjung
tersebut, pria yang dicintainya itu ternyata sudah naik perahu meninggalkan
Tanah Samawa.
Seorang
diri Sang Putri di tanjung merenungi nasibnya karena kasihnya yang tak sampai.
Ia menangis tanpa henti di tanjung itu. Sementara sambil berlayar di atas
perahu, Zainal menembangkan sebuah puisi. Sang Putri menunggu berhari-hari di
tanjung itu, sambil tetap menangis. Akhirnya masyarakat menyebut tanjung itu
dengan sebutan Tanjung Menangis. (berbagai sumber)