Museum kereta api / KAI |
Jakarta, Wisataohhwisata - Apakah sering menggunakan kereta api atau baru pertama kali
merasakan sensasi perjalanan dengan kereta api? Bepergian dengan kereta api
selalu menjadi pengalaman yang menyenangkan. Selain kenyamanannya, tidak ada
salahnya kalian juga mengetahui sejarah kereta api di Indonesia.
"Di berbagai kota di Indonesia, terdapat museum-museum
yang mengungkapkan asal-usul dan perkembangan perkeretaapian. Museum-museum ini
menjadi tempat yang tepat untuk mengenal lebih dalam tentang peninggalan
sejarah kereta api, berbagai koleksi yang unik, serta informasi menarik
lainnya," ungkap Vice President Public Relations KAI, Joni Martinus
Berkunjung ke museum pasti akan menjadi pengalaman yang
menarik buat kamu apalagi saat liburan. Penasaran ingin berkunjung ke
museum-museum kereta api yang dikelola langsung oleh KAI? Berikut beberapa
museum kereta api yang bisa dikunjungi untuk menutup masa liburan sekolah kali
ini.
1. Museum Ambarawa
Museum Ambarawa awal mulanya adalah sebuah stasiun yang
bernama Stasiun Willem I. Penamaan Willem I berkaitan dengan lokasi stasiun
yang tidak jauh dengan Benteng Willem I. Stasiun ini dibangun oleh Nederlandsch
Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873
bersamaan pembukaan lintas Kedungjati-Ambarawa. Pada awal tahun 1900-an
bangunan stasiun direnovasi seperti bentuk saat ini.
Pada awal pengoperasiannya, Stasiun Willem I digunakan
sebagai sarana pengangkutan komoditas ekspor dan transportasi militer di
sekitar Jawa Tengah. Setelah nonaktif tahun 1976, Stasiun Ambarawa dicanangkan
sebagai museum kereta api oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, Supardjo
Rustam berkolaborasi dengan Ir. Soeharso, Kepala Eksploitasi Tengah Perusahaan
Jawatan Kereta Api (kini KAI) Stasiun Ambarawa dipilih karena Ambarawa memiliki
latar belakang historis yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan, menyimpan
teknologi kuno yang masih bisa dioperasikan dengan baik serta memiliki lahan
yang luas.
Kini, Museum Ambarawa menampilkan koleksi perekeretaapian
dari masa Hindia Belanda hingga pra kemerdekaan RI yang meliputi sarana,
prasarana dan perlengkapan administrasi. Beberapa koleksi sarana perkeretaapian
heritage seperti 26 Lokomotif Uap, 4 Lokomotif Diesel, 5 Kereta dan 6 Gerbong
dari berbagai daerah.
Kamu juga dapat menikmati perjalanan wisata dengan menaiki
Kereta Api Wisata relasi Ambarawa-Tuntang (PP) dengan lokomotif uap maupun
kereta diesel vintage. Selain itu terdapat rute kereta Api Wisata Ambarawa-Jambu-Bedono
(PP) yang menggunakan lokomotif uap bergigi untuk melewati rel bergerigi. Rel
bergerigi tersebut satu-satunya yang masih aktif di Indonesia.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, museum ini dapat
disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta
Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop, dsb.
2. Museum Kereta Api Sawah Lunto
Museum Kereta Api Sawahlunto merupakan sebuah museum yang
berlokasi di kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Museum ini menampilkan sejarah
dan warisan perkeretaapian yang berhubungan dengan pertambangan batu bara di
daerah tersebut.
Alasan utama pembangunan awal kereta api di Sumatera Barat
adalah sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto.
Sebelumnya, tahun 1867 dilakukan penelitian oleh seorang ahli geologi W.H. de
Greeve dan setahun kemudian ditemukan kandungan batu bara di Ombilin.
Sejarah museum ini berawal dari pembangunan jalur kereta api
oleh perusahaan kereta api negara Sumatra Staatsspoorwegen (SSS). Pembangunan
tersebut dimulai dari Teluk Bayur-Padang Panjang-Bukit Tinggi dan Padang
Panjang-Sawahlunto. Sampai tahun 1892 jalur kereta sudah mencapai Muara
Kalaban.
Demi menjangkau lokasi pertambangan batu bara Sawahlunto,
pembangunan jalur kereta api dilanjutkan dari Halte Muara kalaban berbelok ke
arah utara dengan melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai
Lunto sepanjang 30 meter. Tanggal 1 Januari 1894 jalur tersebut dibuka bersamaan
peresmian Stasiun Sawahlunto.
Hasil pertambangan batu bara di Sawahlunto menunjukan hasil
yang memuaskan setelah jalur Pelabuhan Teluk Bayur-Sawahlunto selesai. Namun,
akhir tahun 2000 produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang. Secara
otomatis aktifitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas
nyata.
Sebagai upaya melestarikan Stasiun Sawahlunto, KAI dan
pemerintahan Kota Sawahlunto bekerja sama memanfaatkan Stasiun Sawahlunto
sebagai museum. Museum Sawahlunto diresmikan tanggal 17 Desember 2005 oleh
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Salah satu koleksi Museum Sawahlunto yang terkenal
adalah Lokomotif Uap bergigi E1060 atau lebih dikenal dengan sebutan “Mak
Itam”. Kamu juga bisa mencoba sensasi berwisata menggunakan kereta api Mak Itam
ini lho.
Selain itu, Museum Sawahlunto dapat disewa untuk kegiatan
pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival,
bazar, pentas seni, workshop, dsb. Jika kamu berkunjung ke museum ini, kamu
dapat memahami lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di Sawahlunto dan
menghargai warisan budaya dan teknologi yang terkait dengan industri
pertambangan batu bara. Sangat menarik ya!
3. Museum Kereta Api Bondowoso
Museum Kereta Api Bondowoso adalah museum kereta api pertama
di Jawa Timur. Awalnya, museum ini merupakan stasiun, yaitu Stasiun Bondowoso.
Stasiun ini dibangun pada tahun 1893 dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1897
oleh Staatssporwegen (SS) bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api
Jember-Kalisat-Bondowoso-Panarukan. Jalur tersebut merupakan kelanjutan dari
pembangunan perkeretaapian yang ada yaitu jalur Bangil-Pasuruan-Probolinggo yang
beroperasi pada tahun 1884.
Jalur kereta api Panarukan-Bondowoso-Kalisat-Jember pada
awalnya digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi,
beras dan produk perkebunan lainnya seperti teh dari Jember, Banyuwangi,
Bondowoso dan Situbondo ke pelabuhan di Panarukan.
Semasa perang kemerdekaan, Stasiun Bondowoso menjadi saksi
bisu Peristiwa Gerbong Maut. Sebuah kisah pemindahan 100 tawanan pejuang
Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan kereta api. Naas, 46 pejuang
gugur dalam pemindahan tersebut. Peristiwa ini menyebar luas di belahan dunia,
membuat kedudukan Belanda di mata dunia tercemar.
Stasiun Bondowoso sebagai stasiun terbesar di Bondowoso
biasa melayani kereta lokal Jember dan tujuan Panarukan. Namun, pada tahun 2004
stasiun Bondowoso dan jalur Panarukan-Bondowoso dinonaktifkan.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenang nilai-nilai
kepahlawanan para pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik "Gerbong
Maut" guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Stasiun Bondowoso
dialihfungsikan menjadi museum. Peresmian diadakan pada tanggal 17 Agustus 2016
bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Indonesia oleh Bupati Bondowoso, drs. H.
Amin Said Husni.
Kamu dapat melihat koleksi lokomotif dan gerbong penumpang
tua yang telah dipulihkan dengan baik serta mengetahui lebih banyak tentang
perkeretaapian di kawasan timur Jawa melalui artefak dan informasi yang
dipamerkan di museum ini.
4. Lawang Sewu
Nama Lawang Sewu pasti sudah tidak asing lagi di telinga
kamu. Bangunan bersejarah ini sering kali muncul di acara televisi. Lawang Sewu
adalah gedung bersejarah milik KAI yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat
perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij
(NISM). Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap, bangunan utama dimulai
pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan
dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh arsitek terkenal dari Delft,
Belanda yakni Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek di Amsterdam.
Kedua arsitek tersebut mendesain Gedung Lawang Sewu serta memimpin pembangunan
dari Belanda dengan membat semua gambar dan mengirim semua laporan.
Kantor pusat NISM adalah salah satu kantor modern pertama
yang didirikan di Indonesia. Dengan menggunakan galeri di luar, bangunan ini
sangat cocok untuk iklim tropis. Arsitektur bangunan memiliki karaker yang
sangat diperhatikan dan dibedakan. Pada bangunan utama terdapat kaca patri
buatan seniman JL. Schouten dari studio ‘t Prinsenhof di Delft. Salah satu
ornamen pada kaca patri melukiskan roda terbang yang melambangkan kejayaan
perkeretaapian pada masa itu
Nama lawang sewu merupakan julukan dalam Bahasa jawa yang
berarti Pintu Seribu sebagai penggambaran karena memiliki jumlah pintu sangat
banyak, meski jumlahnya tidak sampai seribu.
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang
menyajikan beragam koleksi dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Koleksi
yang dipamerkan antara seperti koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung,
Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga, dan lain-lain. Lawang Sewu
menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video,
dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan
buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu
juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan,
Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop, dsb.
Mengunjungi museum-museum ini adalah cara yang ideal untuk
mengenal lebih dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Vice President Public
Relations KAI Joni Martinus mengatakan, museum KAI memberikan kesempatan bagi
pengunjung untuk merasakan nostalgia dan memahami pentingnya perkeretaapian
dalam sejarah dan perkembangan Indonesia. Melalui koleksi yang unik dan
pengetahuan yang disajikan, museum ini menjadi tempat yang ideal untuk
mengenang masa lalu, mengapresiasi teknologinya, dan mempelajari dampak yang
telah dibawa oleh kereta api bagi negara kita.
"Jika masyarakat memiliki ketertarikan terhadap kereta
api dan ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di
Indonesia, kunjungilah beberapa museum ini. Pengunjung juga akan merasakan
bagaimana kereta api telah memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah dan
mobilitas di Indonesia," tutup Jon.
Penulis: Harry P