mediacenter.riau.go.id |
Jakarta, Wisataohhwisata - Riau merupakan provinsi dengan mayoritas umat muslim, berbudaya melayu identik dengan Islam. Di daerah yang dijuluki "Bumi Lancang Kuning" itu, keberadaan masjid tua, sebagian masih kokoh terpelihara. Bahkan, ada yang berusia ratusan tahun dan menjadi destinasi wisata religi wisatawan mancanegara.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengakui, Riau cukup banyak memiliki lokawisata religi berupa tempat ibadah dan makam. Pada momen-momen tertentu, keberadaan destinasi tersebut ramai dikunjungi oleh pelancong.
Banyak wisata religi yang mengisahkan bukti sejarah islam di masa lampau yang bisa dikunjungi wisatawan jika datang ke Riau. Ada Masjid Syahabudin di Siak, Masjid Jami Air Tiris, Makam Tuan Guru Sapat di Inhil, Masjid Raya Pekanbaru. Lalu, yang terbaru adalah Masjid Agung Madani Islamic Centre di Rohul," kata Roni dalam laman mediacenter.riau.go.id.
Adapun lima destinasi wisata religi di Provinsi Riau yang direkomendasikan Dinas Pariwisata Provinsi Riau adalah
Masjid Syahabuddin Siak.
Masjid ini berdiri kokoh sejak tahun 1926 Masehi, pada masa kepemimpinan Sultan Al Said Al Kasyim Abdul Jalil Saifuddin. Keberadaannya saat ini dikenal oleh wisatawan mancanegara (wisman) khususnya dari negeri jiran Singapura dan Malaysia.
Tersiar kabar mengatakan, bahwa nama Masjid Syahabuddin melambangkan Sultan sebagai Pemimpin Kerajaan dan Agama. Bukti sejarah masa lampau Kerajaan Siak sangat terasa di masjid ini.
Warisan peninggalan Sultan Siak itu, berada di Jalan Sultan Ismail, Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak, tepatnya di tepian sungai Siak. Jarak tempuh dari Kota Pekanbaru yakni 108 Kilometer atau sekitar 2 jam lebih dengan berkendara roda empat.
Bangunan masjid ini dimiliki Pemerintah Kabupaten Siak. Dikelola bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatra Barat. Lokasi bangunan masjid ini strategis. Dekat dengan Istana Siak Sri Indrapura. Bersebelahan dengan makam Sultan Siak dan Balai Kerapatan Adat Siak.
Masjid Syahabuddin termasuk warisan budaya. Arsitekturnya perpaduan antara Melayu dan Timur Tengah (Turki). Menurut riwayatnya, masjid ini berusia lebih dari setengah abad.
Masjid Jami Air Tiris
Selain itu, di Riau juga ada masjid tua lainnya, yakni Masjid Jami Air Tiris. Lokasinya berada di Jalan Pasar Usang, Desa Tanjung Barulak, Kelurahan Air Tiris, Kabupaten Kampar.
BPCB Sumatera Barat (Sumbar) menyebut masjid ini didirikan atas prakarsa Engku Mudo Sangkal pada tahun 1901. Proses pengerjaannya selesai pada tahun 1904 Masehi atau tahun 1322 Hijriyah.
Konon masjid ini menjadi basis pertahanan pejuang, sehingga masjid ini pernah dibakar oleh tentara Jepang, tapi berkat izin Allah secara keseluruhan bangunannya masih tetap utuh.
Masjid Jami Air Tiris berbentuk segi lima atau limas, dinding berukir, atap seng bersusun tiga meruncing ke atas. Pada masa pembangunan masjid, jenis kayu yang digunakan adalah kayu tentangu.
Jenis kayu ini tahan panas dan tahan hujan. Secara keseluruhan pemasangan atap, dinding pada bangunan masjid tidak menggunakan paku besi, melainkan terbuat dari paku kayu.
Jarak tempuh menuju Masjid Jami Air Tiris dari Kota Pekanbaru, yakni 56 Kilometer atau sekitar 1 jam lebih dengan berkendaraan bermotor.
Makam Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq
Selanjutnya, wisata religi lainnya adalah makam Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq atau yang akrab disapa Tuan Guru Sapat. Letak makam beliau di Kampung Hidayat Sapat, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau.
Sosok Tuan Guru Sapat merupakan seorang guru agama Islam atau Mufti Kerajaan Indragiri. BPCB Sumbar melansir, Sang Mufti lahir di Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimatan Selatan pada Tahun 1857 Masehi atau 1284 Hijriyah.
Ayahnya bernama Muhammad Afif bin Khadi Haji Mahmud dan Ibunya bernama Shafura dan beliau merupakan keturunan ulama besar dari Kalimantan bernama Syekh Arsyad Al Banjari.
Tuan Guru Sapat wafat pada Tahun 1939. Ia cukup tersohor dan banyak memiliki murid yang berasal dari negeri Malaysia, Singapura, Kalimantan, Jambi, dan Palembang. Beliau menyebarkan agama islam hingga akhir hayatnya pada usia 83 tahun.
Untuk menuju Makam Tuan Guru Sapat dari Kota Tembilahan harus menuju pelabuhan Hidayat. Menempuh waktu sekitar 1 jam menggunakan speedboat. Tiba pelabuhan Hidayat, perjalanan bisa dicapai dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan kendaraan roda dua.
Wisata religi lainnya di daerah di Riau adalah
Masjid Agung Madani Islamic Centre (MAMIC), di Kota Pasir Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul).
Masjid ini sekaligus difungsikan sebagai Islamic Center Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Pada tahun 2015 lalu, masjid ini pernah dinobatkan sebagai masjid terbaik di Indonesia.
MAMIC berdiri megah di atas tanah seluas 220.000 meter persegi. Luas bangunannya 25.800 meter persegi. Sehingga mampu menampung 20.000 jemaah. Berada di pusat kota Pasir Pengaraian, Jalan Tuanku Tambusai Kilometer 4, Pematang Berangan, Rambah, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Arsitektur MAMIC memilih gaya modern dipadu gaya arsitektur Arab dengan kubah besar berdiameter 25 meter di atap bangunan utama. Di setiap sudut bangunan utama masjid berdiri kokoh 4 menara setinggi 66.66 meter.
Selain itu, ada pula satu menara utama setinggi 99 meter. Menara ini menjulang kokoh, tinggi ke atas cakrawala, terpisah dari bangunan utama masjid.
Menara 99 meter ini memiliki filosofi yang melambangkan jumlah asmaul husna. Menariknya, dari atas menara, pengunjung bisa terpesona melihat keindahan pemandangan.
Masjid Raya Senapelan Pekanbaru
Destinasi wisata religi selanjutnya adalah Masjid Raya Senapelan Pekanbaru. Masjid ini awalnya bernama Mesjid Senapelan. Dibangun oleh Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah (1766-1780), Raja keempat Kerajaan Siak Sri Indrapura, sekitar 1762 M.
Masjid tersebut, merupakan situs cagar budaya berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 209/M/2017 Tentang Status Bangunan Cagar Budaya Masjid Raya Pekanbaru.
Masjid Raya Senapelan Pekanbaru bergaya arsitektur Melayu. Dipengaruhi oleh arsitektur Timur Tengah dengan dominasi warna kuning sebagai ciri khas warna Melayu.
Situs Cagar Budaya Makam Marhum Pekan
Di kawasan masjid terdapat beberapa objek, yakni bekas tapak masjid yang pertama kali dibangun, sumur tua, Makam Marhum Pekan dan Makam Marhum Bukit. Lokasinya, berada di Jalan Masjid, Kampung Bandar, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru.
Keberadaan Masjid Raya Pekanbaru cukup strategis. Apabila diakses dari segala penjuru Kota Pekanbaru berada di pusat kota. Namun, saat ini bangunan Cagar Budaya Masjid Raya Pekanbaru telah mengalami perubahan yang signifikan. Sehingga sudah tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
Penulis: Harry P