Apa yang dilakukan
oleh seorang pengusaha asal Medan ini terhadap kain batik ini adalah sesuatu
yang sedikit berbeda. Di tangan Heri
Chen, kain batik termofidikasi. Sebut saja pendiri Pedjoeang Batik di Medan,
Sumatera Utara, ini membuat batik kancing dari emas murni, jaket bomber batik sampai
motif Batik Glow in The Dark yang milenial.
Yup! semua berawal
beberapa tahun lalu sebelum pandemi mendera. Heri suka mengunakan dan koleksi
batik tulis, dan tak jarang traveling ke luar negeri. Suatu ketika, saat
bersama teman-temannya dia bertemu brand luar negeri berupa jaket bomber dengan
motif bunga. Motif itu mirip dengan motif batik
tetapi di cetak / print. Temannya membeli jaket tersebut dengan harga
yang fantastis. Heri pun dibuat heran dengan temannya yang membeli jaket bomber
dengan harga mahal. Temannya berkata,” Brand itu memang harganya mahal.”
Terbesit dalam
pikirannya di Indonesia sepertinya tidak ada atau jarang ada jaket bomber
seperti itu. Ia mulai mecoba membuat dan ternyata bisa. Di tahun 2019, Heri
mulai posting jaket bomber kreasinya di sosial media. Gayung bersambut,
responnya cukup bagus, termasuk di Medan karena di kota ini batik tulis belum
terlalu familiar orang untuk menggunakannnya berbeda seperti misalnya di
Jakarta.
Perihal nama
Pedjoeang Batik, Heri bercerita nama itu sebenarnya panggilan dari para pecinta
batik tulis yang ditujukan kepadanya.
“Akun instagram
kita pakai Kereta Kencana Batik. Kami punya motto ikut berjuang melestarikan
warisan budaya Indonesia. Lantaran sering menyuarakan moto tersebut akhirnya
kami dipanggil Pedjoeang Batik dan sampai sekarang menggunakan nama tersebut,”
kata Heri
Pedjoeang Batik
tidak menyediakan batik yang siap pakai dan hanya menyediakan kain batik tulis
dengan motif yang variatif dan modern seperti motif naga, harimau dan motif
lainnya. Batik tulis kustom ini bisa dipesan dengan motif yang disukai
pelanggan dengan tidak menghilangkan ciri khas dari batik tulis itu sendiri.
Dibuat sesuai dengan ukuran badan dari pelanggan, apakah menjadi kemeja, jaket
bomber, jas, dan lainnya sesuai selera dari pelanggan.
Pedjoeang Batik
juga khusus menyediakan batik tulis yang dibuat menggunakan jasa pembatik dari
pulau Jawa, mulai dari Cirebon, Solo, Pekalongan sampai Yogyakarta.
“Kami yang ada di
Medan membuat sketsa motifnya, baru kemudian diberikan ke pengrajin batik.
Distribusi Pedjoeang Batik sejauh ini sudah menjangkau seluruh Indonesia,
bahkan sampai Malaysia, Singapura dan Australia melalui online. Cara online kita digunakan untuk menjangkau lebih luas,” katanya
Nah, Pedjoeang Batik concern terhadap jaket bomber karena sedari awalnya dikenal karena jaket bomber. Selain juga Heri ingin menyasar pasar kaum milenial. Anak muda/i di umur 20 tahunan, menurutnya, sering merasa terlalu formal jika menggunakan batik. Tetapi dengan busana jaket bomber seakan-akan sirna formallitas dan kesan tua.
“Feelnya dapat
anak muda didukung juga dengan motif dari Pedjoeang Batik. Selain juga kita
ingin mengenalkan batik tulis ke kaum milineal,” imbuh Heri.
Di tahun 2021,
Heri Chen membuat batik kancing emas. Awalnya dia mendapat masukan dari salah
satu pecinta batik tulis. Salah satu pecinta batik tulis ingin memberikan
hadiah kepada rekan bisnisnya. Dan dia berkata, adakah batik dari Pedjoeang
Batik yang ekslusif. Heri mengatakan ada, yaitu batik tulis canting o, dimana
batik itu dibatik menggunakan canting
paling kecil yang nilai kain batik tulisnya bisa mencapai jutaan rupiah.
Pelanggannya
bertanya, ada tidak yang lebih ekslusif lagi? Setelah berdiskusi, dan berkaca
dari merek internasional yang selalu menyematkan logam mulia pada produknya,
seperti jam tangan, tas dan lain sebagainya.
Heri akhirnya menyematkan kancing emas di batik tulisnya. Satu kancing emas beratnya sampai 4 gram dan 13 kancing dibutuhkan untuk satu kemeja lengan panjang yang dibuatnya. Kemeja plus kancing emas dibandrol sampai harga puluhan juta rupiah. Inovasinya terbayar, banyak yang memesan setelah ia merilis batik kancing emas.
Nah, Pedjoeang
Batik memberikan inovasi terbaru kain batik tulis Indonesia dengan meluncurkan
motif Batik Glow in The Dark pada akhir tahun lalu. Batik ini memiliki corak
variatif dengan lukisan indah tersebut dapat menyala indah di kegelapan.
Lembaran kain batik itu dibuat secara manual atau tradisional dengan melibatkan
sejumlah perajin, seniman hingga pelaku UMKM di Indonesia.
Mulai dari kain
dasarnya yang ditenun oleh perajin yang ada di Pulau Jawa, kemudian motif batik
serta finishing pemberian corak Glow in The Dark yang indah juga dibuat dengan
cara dicanting oleh pembatik. Pemilik Pedjoeang Batik Heri Chandra mengatakan
bahwa inovasi ini diperuntukkan oleh para kaum milenial agar dapat menggunakan
Batik sebagai pakaian sehari-hari dan bangga atas budaya Indonesia tersebut.
Di 2023 ini, Heri
mengatakan kalau tidak ada halangan akan menambah cabang di Jakarta. Hal ini
karena banyak pelanggan yang meminta dan mendukung untuk buka cabang.
“Mudah-mudahan di 2023 bisa terwujud, dan rencana ingin
banyak berkolaborasi dengan artis di luar Indonesia, karena pasar Batik tulis
punya potensi di luar negeri,” pungkasnya.
Penulis: Harry P