![]() |
kominfo.jatimprov.go.id |
Indonesia memiliki
kekayaan alam yang beragam. Kekayaan alam ini terbentang dari Sabang sampai
Merauke. Salah satu kekayaan alam yang tak asing lagi ditelinga adalah kopi.
Tak terkecuali di Desa Kuta Jungak, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara
yang memiliki kekayaan alam berupa kopi.
Namun kekayaan
yang dimiliki belum terekspose dengan luas pada kalangan masyarakat. Melihat
potensi tersebut, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Airlangga (Unair) Satriyani Dewi Astuti menginisiasi berdirinya
objek wisata berupa kampung wisata kopi di sana.
Yani panggilan
akrabnya saat itu tengah menjadi delegasi fully funded pada program pengabdian
masyarakat Ekspedisi Jelajah Nusantara yang dilaksanakan oleh Renjana Mengabdi.
Pengabdian yang berjalan dari 5 Maret hingga 12 Maret 2023 itu menjadi proses
pengabdian dengan berbagi divisi, baik kesehatan, pendidikan, dan ekonomi
lingkungan.
Berperan dalam
sektor pemberdayaan ekonomi lingkungan, Yani melihat potensi objek wisata kopi
yang besar di sana dengan memadupadankan kopi dengan keindahan alam yang ada.
“Jadi di sana itu terkenal dengan seni menanam kopi yang unik tapi belum banyak
orang yang tahu. Selain itu, potensi keindahan alamnya juga tidak kalah
menarik,” katanya, Kamis(30/3/2023).
Pemerintah
setempat sudah memiliki program desa wisata sebelumnya. Namun, wisata yang
tersedia belum memiliki potensi jangka panjang. “Di sana sudah ada desa wisata
tapi belum punya daya tarik jangka panjang. Kopi ini yang punya ketahanan
jangka panjang, apalagi sekarang kopi lagi trend juga,” terang mahasiswa Ilmu
Komunikasi tersebut.
“Pengunjung yang
datang bisa belajar soal jenis kopi di sana, cara pengolahannya, lalu nanti
bisa menikmati kopi sambil menikmati keindahan alam yang ada,” imbuh Yani.
Tidak melancarkan aksi sendiri, ia bersama tim bekerjasama dengan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) setempat.
Proses branding
turut menjadi tugas Yani dan tim yang berada pada divisi ekonomi lingkungan.
“Warga di sana kurang memahami teknologi kekinian dengan baik. Jadi dari video
promosi desa wisata, desain, sampai konsep berupa paket wisata yang ditawarkan
kami bantu,” terangnya dilansir laman kominfo.jatimprov.go.id.
Meski memiliki
latar belakang budaya yang berbeda namun Yani tidak memiliki banyak kesulitan
dalam berkomunikasi serta berkoordinasi dengan masyarakat setempat. “Ini
pengalaman yang menarik, berkesan, dan pertama karena pengabdian masyarakat
dengan lokasi cukup jauh. Semoga apa yang sudah dilakukan bisa memberikan
dampak berkelanjutan kepada masyarakat Desa Kuta Jungak, Pakpak Bharat,” pungkasnya.