Dua
cagar biosfer Indonesia yang meliputi Bromo-Semeru-Tengger-Arjuno di Jawa Timur
dan Taka Bonerate-Kepulauan Selayar di Sulawesi Selatan diakui sebagai anggota
"Man and Biosphere Programme" (MAB) UNESCO.
"Pengakuan
tersebut disahkan dalam sidang ke-27 International Co-ordinating Council (ICC)
MAB di Kantor Pusat UNESCO Paris," kata Duta Besar RI untuk UNESCO Prof
Fauzi Soelaiman kepada Antara London, Rabu.
Kedua
cagar biosfer yang baru diakui tersebut menjadi cagar biosfer kesembilan dan
kesepuluh dari Indonesia yang menjadi anggota MAB UNESCO. Delapan
cagar biosfer Indonesia sebelumnya adalah cagar biosfer Cibodas (diakui tahun
1977), Pulau Komodo (1977), Lore Lindu (1977), Tanjung Puting (1977), Gunung
Leuser (1981), Siberut (1981), Giam Siak Kecil-Pulau Batu (1981), dan Wakatobi
(2012).
"Cagar
biosfer adalah situs di darat, laut, atau pantai, yang dikelola secara inovatif
dengan tujuan menyinergikan penduduk lokal dengan lingkungannya," katanya.
Tujuan
akhir cagar biosfer adalah menggabungkan pelestarian keanekaragaman hayati
dengan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, serta mempromosikan solusi
lokal untuk memecahkan tantangan kemanusiaan yang dihadapi di wilayah tersebut.
Program
MAB UNESCO diluncurkan sejak awal tahun 1970. Setiap tahun, ICC MAB yang
terdiri dari 34 negara bersidang untuk mengesahkan penerimaan anggota baru MAB. Hingga
saat ini, MAB UNESCO telah memiliki 631 anggota dari 119 negara, termasuk di
dalamnya 14 cagar biosfer yang berada di lintas batas negara, antara lain danau
Tonle Sap di Kamboja, Mare aux Hippopotamus di Burkina Faso, dan Pantanal di
Brazil.
Pada
Sidang ICC MAB tahun ini, selain dua cagar biosfer asal Indonesia, juga dibahas
24 proposal cagar biosfer lainnya dari 18 negara yang lain, yaitu Aljazair,
Afrika Selatan, Argentina, Bolivia, Cina, Ethiopia, Honduras, India, Iran,
Italia, Kazakhstan, Meksiko, Myanmar, Portugal, Prancis, Rusia, Spanyol, dan
Vietnam.
Delegasi
Indonesia dipimpin Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI sebagai Ketua
Komite Nasional Program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO untuk Indonesia,
Prof. Dr. Enny Sudarmonowati didampingi Direktur Program MAB Indonesia, Prof Dr
Yohanes Purwanto, mantan Wakil Kepala LIPI, Prof. Dr. Endang Sukara.
Selain
itu Duta Besar/Deputi Wakil Tetap Indonesia untuk UNESCO, Prof. Dr. T. A. Fauzi
Soelaiman juga hadir perwakilan Pemda Provinsi Jawa Timur, perwakilan Pemda
Kabupaten Selayar, Bupati Wakatobi, dan perwakilan dari swasta hadir pada
sidang International Coordinating Council (ICC) Man and the Biosphere (MAB)
ke-27 UNESCO dari tanggal 8 hingga 13 Juni di kantor pusat UNESCO di Paris.
Kehadiran
delegasi Indonesia dalam sidang kali ini sangat khusus karena pengumuman
pengukuhan dua Cagar Biosfer Indonesia yang baru bersamaan dengan pengukuhan 16
Cagar Biosfer lain dari berbagai belahan dunia termasuk Argentina, Bolivia,
Ethiopia, Honduras, Iran, Itali, Kazakhstan, Mexico, Myanmar, Afrika Selatan,
Spanyol, Spanyol, Portugal, dan Vietnam.
Penetapan
ini mencerminkan kepedulian yang tinggi dari rakyat dan bangsa Indonesia
terhadap pentingnya keberlanjutan kehidupan umat manusia di muka bumi ditengah
terjadinya kemerosotan kualitas ekosistem yang jelas sangat berpengaruh
terhadap kesejahteraan dan kualitas kehidupan manusia.
Konsep
Cagar Biosfer digagas UNESCO sejak tahun 1971 yang saat ini jumlahnya mencapai
647 di 120 negara di dunia. Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang besar
untuk mendemonstrasikan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan
dan pengembangan cagar biosfer Indonesia dapat menjadi sarana untuk
melaksanakan komitmen bangsa Indonesia dalam melaksanakan berbagai konvensi
terkait dengan lingkungan hidup, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim.
Sumber: www.antaranews.com